Aku sengaja nga langsung pulang ketika kamu pamit pergi lebih dulu,,
Ketika teman² yang lain juga pergi dan meja ini sepi, aku mengesap sekali lagi hingga bibir gelas menyentuh dedak,,

Kita sempat bahagia tadi,,
Namun, selepas pertemuan itu, kau kembali pulang ke kekasihmu,,

Aku menatap lurus ke arah bangku yang tak lagi berpenghuni,, Dalam bayang, aku masih lihat sepintas residumu di situ,, Tertawa bersamaku, menatap dalam² tatapanku, berbicara banyak denganku,,

Kita berbohong pada banyak hal sore itu,,
Salah satu'nya, hati kita masing²,,

Aku bertanya pada diri sendiri,,
Pada setiap bekas luka² yang telah menjadi parut di sekujur tubuh,,
Apakah ini adalah bahagia yang pantas,,? tanyaku,,

Lantas luka² itu mengiyakan,,

Kamu yang selama ini aku cintai dengan begitu,
ternyata sudah ada yang memiliki,,

Apakah rasa cinta yang begitu sebanding dengan penantian panjang meski hasil'nya belum tentu,,?

Namun,
Apakah aku juga bisa percaya dan senyaman ini dengan seseorang yang selain orang itu,,?

Luka²ku terdiam,,
Mereka sadar, jatuh cinta terkadang adalah cara baru untuk terluka,,

Aku tak menyangka, kami hanya terpisah di sisi meja yang sama, namun berucap "aku sayang kamu" tak pernah terasa sesulit ini sebelum'nya,,