Memelukmu adalah satu hal yang masih sangat kuingin sekaligus teramat ada² saja,, Semenjak kamu pergi, keinginan itu rasa'nya muluk² semua,, Di satu sisi, ada kesedihan yang mendalam,, Di sisi lain, aku mau tertawa,,
Kadang² kita suka menertawai diri, meski dalam hati,, Kenyataan tentang hidup kerap menggelitik,, Aku jengah termenung sendirian seperti orang gila,, Di dalam kesendirian, aku suka membayangkan hal² manis yang apa mau dikata sudah lewat,, Sayang'nya, belum kunjung juga kutemukan titik lelah dalam ketermenungan itu,, Bagaimana, yha, sampai sekarang aku masih suka nga habis pikir, kok bisa kita berpisah, padahal cinta begitu indah,,?
Bila diingat lagi, dulu memang salahku,, Dulu aku menghakimi cinta, di dalam kesombongan aku berkata bahwa pertemuan hati kita melebihi segala'nya,, Lihat sekarang,,! Kita tidaklah satu, melainkan dua hati yang terkejut, karena kenyataan adalah kebalikan dari harapan,, Kita memang telah melewati banyak hal, tetapi sayang'nya makna yang aku petik dulu hanya sebagian,, Di dalam kesendirian ini aku baru sadar, kalau dulu aku nga pernah mendoakanmu,, Aku sibuk menikmati apa yang kita rasa, akan tetapi nga punya waktu buat bersyukur,,
Kita hanya pernah saling mencintai, tetapi tidak pernah satu tujuan. Apa rencanaku? Apa rencanamu? Ada? Tidak ada. Maka dari itu aku perlu disadarkan, bahwasanya perpisahan kita adalah wajar.