Menunggu memanglah pekerjaan yang membosankan,,
Terkadang bahkan bisa jadi menjengkelkan—bilamana harus menenunggu tanpa kepastian,,
Saat seseorang yang kutunggu tak kunjung datang, perasaanku pun mulai terombang-ambing kegelisahan,,
Pengharapanku mulai menemui kepasrahan,,
“Apakah kamu mengingkari janjimu lagi,,?” pertanyaan itu terus melintas di kepalaku kala aku menunggumu,,
Kunyalakan smartphone yang sejak tadi kugeletakan di meja coklat usang itu,,
Kupastikan nga ada pesan yang kulewati darimu,,
Ingin kubuka satu persatu kotak masuk, tetapi seperti'nya nga ada satu pun pesan baru,,
Ingin kubuka fitur panggilan, tetapi seperti'nya nga ada satu pun panggilan masuk,,
Ingin kuputar balikan layar'nya, tetapi seperti'nya nga ada kerjaan,,
Akhir'nya kembali kugeletakan smartphoneku di samping cangkir kopi berwarna ungu,,
Aku bosan,,
Berjam-jam sudah kumenunggumu,,
Sebuah kedai kopi yang baru pertama kali kukunjungi,,
Sepi,,
Entah karena kurang promosi, atau mungkin karena memang salah pilih lokasi,,
Aku nga peduli,,
Bukan urusanku untuk memikirkan'nya,,
Satu²nya urusanku berada di tempat itu adalah untuk menunggumu,,
Hanya itu,,
Bukan pertama kali kamu membuatku menunggu seperti itu,,
Aku masih ingat, beberapa bulan yang lalu, kamu memintaku untuk menunggumu sepulang kerja pada hari Sabtu,,
Tapi apa yang terjadi,,?
Kamu pulang tanpa mengabariku,,
Kamu melupakanku,,
Padahal seharian itu hujan nga berhenti turun dengan deras'nya,,
Aku sendirian menunggumu di bawah halte bus yang sudah nga layak lagi disebut halte,,
Tempat itu lebih terlihat seperti bangunan yang mengganggu,,
Atap'nya bocor, tempat duduk'nya patah, dan tiang²nya banyak ditempeli poster caleg yang entah apa latar belakang dan motivasi'nya ikut dalam pemilihan sehingga dia harus berpose dengan senyum yang dipaksakan,,
Sore itu aku nga ingin kejadian yang sama terulang lagi,,
Aku harus memastikan'nya,,
Kuputuskan untuk menelponmu,,
((( Panggilan Dialihkan )))
Kucoba lagi,,
((( Sibuk )))
Kucoba lagi,,
Tetapi dengan gaya mengangkat telepon yang berbeda,,
Sebelum'nya aku menelepon dengan tangan kanan, selanjut'nya kucoba dengan lepas tangan,,
Siapa tahu berpengaruh,,
Yha, terhubung,,!
Tetapi beberapa saat kemudian smartphoneku mati,,
“Sial, lowbet!” gerutuku tak berkesudahan setelah'nya,,
***
Aku masih setia menunggumu,,
Sudah sampai hari kelima sejak aku pertama kali datang ke tempat itu,,
Seperti'nya beberapa pelayan sudah mulai nga asing lagi dengan wajahku,,
Beberapa di antara'nya bahkan ada yang memberanikan diri untuk menyapa, “Sendirian lagi, Kak,,?” kata'nya,,
“Iya,” jawabku dengan tersenyum,,
“Ajak pacar'nya Kak biar nga bete, hehehe,,” Canda'nya,,
“Iya, ini lagi nunggu,,”
“Oh gitu,” pelayan itu lalu mulai menaruh pesananku di meja,,
“ini kopi'nya Kak, silakan,,” tambah'nya sebelum pergi,,
“Terima kasih,,”
Aku kembali menunggumu hingga malam tiba dan kamu nga juga menampakkan keberadaanmu,,
Malam itu aku pulang dengan kembali membawa kekecewaan,,
Keesokan hari'nya kuputuskan untuk tidak datang lagi ke tempat itu,,
Begitupun dengan hari² setelah'nya,, Aku ingin berhenti menunggumu,, Bukan'nya aku menyerah, hanya saja aku merasa lelah,,
Aku nga sanggup bila harus terus dikecewakan,,
Aku ingin beristirahat barang sebentar,, Tak apa, kan,,?
Walau mungkin kamu sudah nga peduli dengan perasaanku, tetapi asal kamu tahu saja bahwa aku masih sangat peduli dengan kebahagiaanku sendiri,,
Maka dari itu mulai hari ini aku pun berhenti,,
Selamat tinggal,,