Satu,
Maaf telah berbohong,, Hati tak lagi seberat batu yang meski kamu ombang dengan ombak, aku tetap diam atau bahkan tenggelam dalam permainanmu,,
Ia serupa legam plastik, dihantam angin dan menjauh tanpa peduli jatuh di mana; jauh meninggalkanmu,,
Dua,
Maaf telah jumawa kamu akan bisa,, Nyatanya kerikil yg kita tertawakan menjadi sebab kenapa kita tak lagi berjalan satu hasta,, Kita terlalu mengganggap remeh, lupa bahwa perasaan luka itu tak mengenal cinta,,
Lupa bahwa kejujuran yg selalu kita istimewakan berakhir senjata makan tuan,,
Tiga,
Maaf telah menganggap aku bisa,, Seperti lengah anak kecil yang terpana di depan cita²nya; naif; tidak tau dunia bisa bersekongkol dengan luka sebegini hebat'nya,,
Serupa merasa mampu, namun terjatuh karena mencoba di langkah pertama,,
Empat,
Mereka bilang empat itu sehat, dan lima menyempurnakan,, Kupikir juga sama, beda'nya, empatku lahir dari keyakinan yang tidak pada tempat'nya, dan kesempurnaan hanya sebatas bayang di kegelapan,, Nihil,,
Lima,
Keadilan sosial bagi kedua belah pihak,, Maka tak apa kepak sayapmu menghempas aku jauh, jatuh,, Keadilanku mungkin memang harus lahir dalam bentuk ini, karena telah tak jujur pada semua'nya bahwa aku tak punya kuasa mematikan cinta ini sejak lama,,
Enam,
Kamu memegang kendali penuh, aku serupa sauh,, Kamu lempar agar kamu berlayar,, Aku tenggelam menghantam karang di lautan dalam,,
Dikutuk untuk tak bergerak terbawa arus,, Menjadi endapan, tanpa pernah menyentuh bibir pantai hingga jelang karat menggerogoti badan,,
Tujuh,
Aku tak pernah suka angka tujuh,, Mungkin kamu juga begitu; beda'nya, kepadaku,, Di angka sepuluh kamu riang, mereka tidak tau, senyummu pura² tiap melewati angka enam,, Kamu berusaha sekali menyingkirkan, meski kerap tak bisa,,
Bersabar hingga waktu yg menghempas'nya; menghempasku,,
Delapan,
Aku lupa pernah sayang,, Bohong sih, tapi kuharap benar,, Kumulai coba menaruh rasa ini di lantai, menyapu'nya berulang², hingga menjadi pipih, dan kamu tak perlu menggerutu untuk bisa menyingkirkan'nya,, Kamu hanya perlu menghempas kakimu kuat & itu terpelanting bersama debu,,
Sembilan,
Terakhir sebelum akhir,, Menghitung detik, mengigit jari, berdo'a semoga setidak'nya bahagia, meski tidak sempurna,, Semoga menyenangkan, meski usai telah menggenang di kepala dari sebelum angka ini ada,,
Sepuluh,
Selamat! Kamu telah berhasil di banyak hal,, Apa pun yang kamu inginkan sudah kamu capai,, Sebagai ucapan selamat, punggungku akan menjadi panggungmu bahagia,, Kamu mengerti kan,,?
0 Komentar